Uncategorized

Pencari dan Penjaga Oksigen Jakarta

VIP PELANGI – Pencari dan Penjaga Oksigen JakartaUntuk penyiraman ada dua tim. Tim pagi dari kita dan tim malam yang dari tangki air kecamatan,” kata Agus (55), koordinator Pengurus Tanaman dan Pohon di Tebet Eco Park.

Nyaman. Kenyamanan itu tidak datang begitu saja.

“Dari sebelum kerja di taman juga saya memang sudah senang merawat-rawat tanaman. apalagi sekarang kerja di taman ya jadi makin tersalurkan,” katanya.

Mereka tetap merawat meski menyimpan kekecewaan atas perilaku pengunjung yang terkadang tak sejalan dengan harapan. Kesadaran pengunjung belum terwujud. Sampah berserakan menjadi ancaman yang paling besar. Belum lagi jejak alas kaki pengunjung yang membuat tanaman mati.

Di Tanah Abang, kami bertemu lagi dengan para penjaga oksigen ibu kota. Namanya, Dasmun (45). Sehari-hari, Dasmun bertugas menyiram tanaman yang ada di jalanan sekitar Kawasan Tanah Abang. Sudah lebih dari 20 tahun dia bekerja di Dinas Air Kecamatan Tanah Abang. Area kerjanya hanya di Kecamatan Tanah Abang. Mulai dari, Penjompongan, Penjernihan, Karet Bhivak, Margono, dan lainnya.JOIN DI SINI

Saat penghuni ibu kota tertidur pulas, Dasmun bekerja dalam diam. Truk berisi 5.000 liter air bergerak pelan, menyapa tanaman-tanaman penghias jalanan. Air ribuan liter itu biasanya habis sekitar 1.5 jam. Setelah habis, mereka kembali mengisi tangki.

“Setiap hari dari malam ke pagi hari. Dalam sehari itu bisa menghabiskan waktu sekitar 8 jam. Setelah Isya kita mulai jalan dan itu beresnya pasti pagi,” ujar Dasmun.

Pekerjaan menyiram tanaman terkadang menyita waktu. Belum lagi jika ada kendaraan yang parkir sembarangan. Menghalangi air bertemu dengan tanaman.4 dari 4 halaman

Oksigen Berbayar

Polusi yang berimbas pada memburuknya kualitas udara sedikit banyak berdampak pada kualitas hidup warga penghuni Jakarta. Menurut data Greenpeace, di Jakarta dengan polusi udara dari PM2,5 meningkatkan risiko kematian dini 13.000 jiwa sejak 1 Januari 2020.

Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan mengatakan, masyarakat yang terpapar penyakit gangguan pernapasan karena menghirup PM2.5 atau menghirup SO2.

“Jadi akan banyak penyakit-penyakit, bukan karena nggak ada oksigen. Yang menjadi parameter internasional suatu daerah tercemar atau nggak itu dari PM2.5,” kata Yogi.

Erfan (26) penjual Oksigen di Jalan Minangkabau menceritakan, banyak warga yang datang membeli oksigen karena ada keluarga yang mengalami gangguan pernapasan. Sehingga membutuhkan oksigen yang ‘bersih’. Umumnya, untuk orang tua yang rentan.

“Sesak nafas karena udara ada, karena sakit lebih banyak.”

Untuk membeli ‘udara’ mereka harus membayar Rp75.000 untuk 6 kubik. Harga satu kubik oksigen di sana Rp20.000. Biasanya, satu kubik hanya cukup untuk pemakaian 4 jam nonstop. Bagi mereka yang mengalami gangguan pernapasan, oksigen ini memang jadi penolong. . Bisa menimbulkan ketergantungan bagi pasien.

Jauh lebih baik ketimbang kualitas udara di jalanan ibu kota.

“Kalau perbandingannya dengan analogi mobil, udara biasa mungkin Avanza. Nah kalua udara dari tabung oxygen mungkin Lamborgini. Soalnya, kalau nggak salah udara yang kita hirup biasa kadar oxygennya nggak sampai 90 persen. Sementara, yang di tabung ini bisa sampai 99 persen makanya murni dan plong banget.”

SUMBER BERITA VIP DOMINO

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *